Rabu, 25 Januari 2017

SEJUTA KALI KEINDAHAN DUNIA PUN TAK KAN BISA MENANDINGI KEAGUNGAN SURGA!

Mungkin hadits-hadits, konsep, dan pengetahuan revolusioner berikut belum pernah sampai kepada Anda. Namun, cukuplah untuk membuktikan kebenaran pasti akan judul di atas. Mari kita simak dan renungkan baik-baik :)

“Yaitu dua surga dari perak, bejana-bejana dan SEGALA SESUATU di dalam keduanya dari perak. Dan dua surga dari emas, bejana-bejana dan SEGALA SESUATU di dalam keduanya dari emas ....” (H.R. Bukhari dan Muslim; muttafaq ‘alaih)

Bayangkan! Seperti apa gambaran surga jika ia terbuat dari emas atau perak SEMUANYA? Orang yang bodoh tentu TIDAK akan merasa takjub dengan kiasan ini karena ‘pandangannya’ yang pendek, bahkan mengira akan tinggal dalam sebuah cetakan emas yang berukiran seni. Namun, bukankah SURGA DUNIA yang paling bagus pun pada asalnya juga terbuat dari ‘TANAH’, berikut bejana-bejana, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya?

Sebagai perbandingan, coba kumpulkan dan lihatlah gambar-gambar (wallpaper) alam, taman-taman bunga dan buah yang menakjubkan, rumput yang halus menghijau, maupun bangunan-bangunan arsitek megah buatan manusia nan sangat indah di dunia. Lantas bagaimana dengan istana surga super megah buatan Allah dan malaikat-Nya? Lihatlah pula tujuh taman bunga terindah di dunia. Seakan kita ingin berguling-guling di sana. Kita semua begitu terkagum dengan itu. Namun, kekaguman itu tidak ada artinya dengan kekaguman keindahan surga.

Lihatlah pada keindahan ciptaan Allah di dunia ini yang bahan asalnya dari TANAH. Bumi yang hijau, hutan yang lebat, pemandangan yang mempesona, buah-buahan beraneka ragam yang lezat, bagusnya bentuk dan rupa ‘manusia’, hingga bejana-bejana. Bukankah kaca itu asalnya dari pasir yang diluluhkan? Bukankah seluruh bahan tambang berasal dari perut bumi?

Meski demikian, kita masih terpesona dengan keindahan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, padahal pada umumnya ia diciptakan dari tanah, YANG TIDAK SEDIKIT PUN menyamai sesuatu yang telah diciptakan dari emas dan perak.

Ada hal yang wajib kita ketahui mengenai dua surga ini: emas dan perak surga dan segala sesuatu yang ada di dalamnya tidak serupa dengan keadaan emas dan perak dunia, KECUALI hanya serupa dalam hal NAMA. Semua keindahan dunia itu pada asalnya dari tanah yang telah diolah dan diubah bentuk. Lantas, bagaimana dengan keindahan surga dengan bahan dasarnya ‘emas dan perak surga’ (bukan emas seperti di bumi) yang telah diolah dan diubah sedemikian rupa?

TIDAK ADA di surga sesuatu yang sama seperti yang ada di dunia KECUALI nama-nama orang. (H.R. Ath-Thabrani)

Tempat kaki berpijak di surga akan sangat jauh sekali berbeda dengan bumi. Yang menaungi dan mengelilingi surga pun tidak akan terbayangkan. Semua istana di surga jauh sekali berbeda dengan istana paling megah sedunia. Semua hewan akan sangat berbeda. Semua pepohonan akan sangat berbeda sekali. Akan banyak sesuatu yang tidak pernah ada di bumi menjadi ada dan begitu luar biasa di sana. Akan banyak dzat dan materi baru yang sama sekali belum pernah ada di alam semesta. Begitu pula, emas dan perak dunia tidak sama dengan emas di surga.

Emas dan perak di dunia saja begitu disukai dan diburu oleh manusia. Bahkan jika kita memiliki perhiasan emas seberat 1 kg saja sudah sangat gembira. Padahal emas dan perak dunia ini tidak ada apa-apanya dengan emas dan perak surga. Padahal surga itu terbuat dari emas dan perak semuanya (tergantung ‘macam surga’-nya). Padahal surga itu lebih luas dari langit dan bumi. Padahal kerajaan surga itu ‘sangat banyak’ tingkatannya.

Dengan penjelasan tersebut, maka kebenaran akan hadits berikut 100 % menjadi pasti dan semakin tidak diragukan lagi:

Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Jarak antara GENGGAMAN PANAH dan ujungnya di surga adalah LEBIH BAIK daripada HAMPARAN BUMI yang terkena sinar matahari saat terbit atau tenggelam.” (Muttafaq ‘alaih)
*muttafaq ‘alaih => disepakati atasnya, tidak ada keraguan atasnya, dan tingkat keshahihannya menempati posisi paling tinggi

Bahkan jarak panah pun umumnya tidak mencapai 1 meter (mungkin sekitar 80-90 cm, namun kita bulatkan saja untuk memudahkan perhitungan), hal itu dibandingkan dengan hamparan bumi. Bagian bumi yang terkena sinar matahari tidak lebih dari separuh bumi. Sains menunjukkan (data diambil dari buku FISIKA SMA) bahwa jari-jari bumi adalah 6,38 x 106 m.

Perhitungan:
Keliling bumi (K) = 2 π r = 2 x 3,14 x 6,38 x 106 m = 40.103 km
Sehingga bagian terkena matahari sekitar 20.051 km
Perbandingannya: hamparan sinar matahari / jarak panah = 20.051.000 m / 1 m = 20 JUTA!

Dan ingat hadits tersebut menyatakan, bahwa jarak panah masih lebih baik dari semua itu. Sehingga perbedaan akhirat dengan dunia dapat disimpulkan LEBIH DARI 20 JUTA KALI LIPAT.

Bahwa nilai sebesar itu sekiranya bukanlah hal yang berlebih-lebihan (hiperbola). Bukankah telah dijelaskan pula dalam hadits yang shahih:

"Perumpamaan dunia dengan akhirat tidak lain seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka lihatlah apa yang dibawa kembali." (H.R. Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam LAUTAN. Maka hendaklah ia melihat APA YANG DIBAWA OLEH JARI tersebut ketika diangkat?” (H.R. Muslim)

*perbandingan yang teramat jauh, satu tetes air dibandingkan dengan volume lautan atau samudera yang begitu luasnya. Hasilnya tentu berjuta-juta hingga milyaran.
**Hadits ini juga dapat bermakna perbandingan luasnya kerajaan surga dengan alam semesta, yang sesuai dengan hadits/riwayat tentang perbandingan tujuh langit vs Kursy vs ‘Arsy:


Riwayat dan penjelasan luasnya kerajaan ‘Arsy dan surga:

“Di dalam surga itu terdapat seratus tingkatan, yang seandainya seluruh alam semesta ini berkumpul di salah satu darinya, sungguh ia akan dapat menampung mereka semua.” (H.R. Ahmad dalam Musnad-nya)

Malaikat Jibril pernah mencoba mengukur panjangnya surga dengan terbang (kita tidak tahu seberapa kecepatan Malaikat Jibril, kemungkinan jauh melebihi kecepatan cahaya, bukankah ia berkali-kali naik turun dari kerajaan-Nya ke bumi untuk menyampaikan wahyu?), satu kali terbang sejauh TIGA PULUH RIBU TAHUN, sampai beberapa kali terbang Malaikat Jibril sudah tidak kuat lagi, kemudian tiba-tiba keluar bidadari menegur Malaikat Jibril, “mengapa bersusah-susah, bahkan untuk melewati HALAMANKU saja engkau belum mencapainya!”, kata bidadari.

Sedangkan tentang ‘Arsy, dalam hadits dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa ‘Arsy itu di atas TIGA RATUS ENAM PULUH RIBU tiang, jarak antara masing-masing tiang sejauh perjalanan TIGA RATUS RIBU TAHUN. Kemudian disebutkan bahwa di bawah tiap tiang ‘Arsy terdapat padang luas sebanyak DUA BELAS RIBU, tiap padang seluas antara TIMUR DAN BARAT. Maka, luas ‘Arsy adalah 360.000 x 12.000 = 4.320.000.000 KALI luas timur dan barat (dunia).

Dalam kitab Durratun Nasihin III diterangkan bahwa Ibnu Jarir, Ibnu Mardawih, dan Abu Syaikkhin dari Abu Dzarrin ra berkata; Rasulullah saw. bersabda:

“Hai Abu Dzarrin, langit yang sebanyak tujuh bila dibandingkan dengan KURSY laksana gelang kecil yang terletak di PADANG BELANTARA dan keutamaan ‘ARSY bila dibandingkan dengan Kursy seperti PADANG BELANTARA dengan gelang kecil.”

ALLAHUAKBAR! 1000 x


Sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah:

PERTAMA, nilai jarak panah di surga dapat melebihi 20 juta kali dengan nilai hamparan bumi yang terkena sinar matahari.
KEDUA, ditambah dengan besarnya kerajaan ‘Arsy dan Surga dibanding alam semesta seperti sebuah padang belantara dengan sebuah ‘gelang kecil’.

Hasil akhirnya, nilai ‘Arsy dan surga adalah hasil perkalian dari kedua nilai perbandingan tersebut. Dari sini, terlihat jelas perbedaan keutamaan yang terlampau dan terlampau terlalu jauh antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Dan peringatan mengenai hal ini telah diperingatkan pula oleh Allah dalam firman-Nya: Q.S. Al-An’aam [6]: 32, Q.S. At-Taubah [9]: 38, serta Q.S. Al-‘Ankabuut [29]: 64.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al-An’aam [6]: 32)

“Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (Q.S. At-Taubah [9]: 38)

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Q.S. Al-‘Ankabuut [29]: 64)


Untuk lebih meyakinkan perbandingan nilai kelipatan sebesar itu, perhatikan hal ini:

“... SATU PERMATA di surga itu lebih baik dari DUNIA SEISINYA.” (H.R. Tirmidzi)
*Lihatlah pula bahwa permata surga sangat berbeda dengan permata dunia, bahkan satu permata melebihi dunia seisinya yang mana di dalamnya pun terdapat cukup melimpah permata dunia. Hal ini jelas membuktikan tidak ada sesuatu pun di surga yang sama dengan yang ada di dunia kecuali hanya nama-nama saja, sedangkan substansi/hakikatnya akan sangat berbeda.

“TEMPAT CAMBUK di surga itu lebih baik daripada DUNIA DAN SEGALA ISINYA.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

“... Sungguh TUTUP KEPALA salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada DUNIA DAN SEISINYA.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Perhatikan bagaimana volume sebuah “permata, tempat cambuk, atau kerudung” di surga dibandingkan dengan volume dunia dan segala isinya. Jika dikalkulasi, perbandingannya sudah tentu bahkan akan (jauh) MELEBIHI 20 JUTA KALI LIPAT.

ALLAHUAKBAR! 1000 x


Sungguh benar-benar orang yang sangat merugi dan kurang berpikir apabila tertipu oleh dunia dan melupakan akhirat. Semoga kita tetap istiqomah dan setelah membaca uraian di atas, mari kita segera songsong untuk berlomba-lomba mengejar ampunan dan surga yang lebih luas dari langit dan bumi, karena perdagangan dengan Allah itu tidaklah murah.



(Referensi: HaditsWeb 3.0 – Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits, Kitab Hadits Riyadhus Sholihin, Buku RUMUS MASUK SURGA – Cara Cerdas Memilih Amal untuk Hasil Optimal, hlm. 188, dan lainnya, dengan tambahan)