Mungkin hadits-hadits, konsep, dan
pengetahuan revolusioner berikut
belum pernah sampai kepada Anda. Namun, cukuplah untuk membuktikan kebenaran
pasti akan judul di atas. Mari kita simak dan renungkan baik-baik :)
“Yaitu
dua surga dari perak, bejana-bejana dan SEGALA SESUATU di dalam keduanya dari
perak. Dan dua surga dari emas, bejana-bejana dan SEGALA SESUATU di dalam
keduanya dari emas ....” (H.R. Bukhari dan
Muslim; muttafaq ‘alaih)
Bayangkan! Seperti apa gambaran surga jika
ia terbuat dari emas atau perak SEMUANYA? Orang yang bodoh tentu TIDAK akan
merasa takjub dengan kiasan ini karena ‘pandangannya’ yang pendek, bahkan mengira akan tinggal dalam sebuah cetakan emas yang
berukiran seni. Namun, bukankah SURGA DUNIA yang paling
bagus pun pada asalnya juga terbuat dari ‘TANAH’,
berikut bejana-bejana, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya?
Sebagai perbandingan, coba kumpulkan dan
lihatlah gambar-gambar (wallpaper)
alam, taman-taman bunga dan buah yang menakjubkan, rumput yang halus menghijau,
maupun bangunan-bangunan arsitek megah buatan manusia nan sangat indah di
dunia. Lantas bagaimana dengan istana surga super megah buatan Allah dan
malaikat-Nya? Lihatlah pula tujuh taman
bunga terindah di dunia. Seakan kita ingin
berguling-guling di sana. Kita semua begitu terkagum dengan itu. Namun,
kekaguman itu tidak ada artinya dengan kekaguman keindahan surga.
Lihatlah pada keindahan ciptaan Allah di
dunia ini yang bahan asalnya dari TANAH. Bumi yang hijau, hutan yang lebat,
pemandangan yang mempesona, buah-buahan beraneka ragam yang lezat, bagusnya
bentuk dan rupa ‘manusia’, hingga bejana-bejana. Bukankah kaca itu asalnya dari
pasir yang diluluhkan? Bukankah seluruh bahan tambang berasal dari perut bumi?
Meski demikian, kita masih terpesona
dengan keindahan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, padahal pada
umumnya ia diciptakan dari ‘tanah’,
YANG TIDAK SEDIKIT PUN menyamai sesuatu yang telah diciptakan dari emas dan perak.
Ada hal yang wajib kita ketahui mengenai
dua surga ini: emas dan perak surga dan segala sesuatu yang ada di dalamnya
tidak serupa dengan keadaan emas dan perak dunia, KECUALI hanya serupa dalam
hal NAMA. Semua keindahan dunia itu pada asalnya dari tanah yang telah diolah
dan diubah bentuk. Lantas, bagaimana dengan keindahan surga dengan bahan
dasarnya ‘emas dan perak surga’ (bukan emas seperti di bumi) yang telah diolah
dan diubah sedemikian rupa?
“TIDAK
ADA di surga sesuatu yang sama seperti yang ada di dunia KECUALI nama-nama
orang.”
(H.R. Ath-Thabrani)
Tempat kaki berpijak di surga akan sangat
jauh sekali berbeda dengan bumi. Yang menaungi dan mengelilingi surga pun tidak
akan terbayangkan. Semua istana di surga jauh sekali berbeda dengan istana
paling megah sedunia. Semua hewan akan sangat berbeda. Semua pepohonan akan
sangat berbeda sekali. Akan banyak sesuatu yang tidak pernah ada di bumi
menjadi ada dan begitu luar biasa di sana. Akan banyak dzat dan materi baru
yang sama sekali belum pernah ada di alam semesta. Begitu pula, emas dan perak
dunia tidak sama dengan emas di surga.
Emas dan perak di dunia saja begitu disukai
dan diburu oleh manusia. Bahkan jika kita memiliki perhiasan emas seberat 1 kg saja
sudah sangat gembira. Padahal emas dan perak dunia ini tidak ada apa-apanya
dengan emas dan perak surga. Padahal surga itu terbuat dari emas dan perak
semuanya (tergantung ‘macam surga’-nya). Padahal surga itu lebih luas dari
langit dan bumi. Padahal kerajaan surga itu ‘sangat banyak’ tingkatannya.
Dengan
penjelasan tersebut, maka kebenaran akan hadits berikut 100 % menjadi pasti dan
semakin tidak diragukan lagi:
Abu Hurairah ra. berkata
bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Jarak antara GENGGAMAN PANAH dan ujungnya di
surga adalah LEBIH BAIK daripada HAMPARAN BUMI yang terkena sinar matahari saat
terbit atau tenggelam.” (Muttafaq ‘alaih)
*muttafaq ‘alaih => disepakati
atasnya, tidak ada keraguan atasnya, dan tingkat keshahihannya menempati posisi
paling tinggi
Bahkan jarak panah pun umumnya tidak mencapai 1 meter (mungkin sekitar 80-90 cm, namun kita bulatkan saja
untuk memudahkan perhitungan), hal itu dibandingkan
dengan hamparan bumi. Bagian bumi yang terkena sinar matahari tidak lebih dari
separuh bumi. Sains menunjukkan (data diambil dari buku FISIKA SMA) bahwa jari-jari
bumi adalah 6,38 x 106 m.
Perhitungan:
Keliling
bumi (K) = 2 π
r = 2 x 3,14 x 6,38 x 106 m = 40.103 km
Sehingga
bagian terkena matahari sekitar 20.051 km
Perbandingannya: hamparan sinar matahari /
jarak panah = 20.051.000 m / 1 m = 20 JUTA!
Dan
ingat hadits tersebut menyatakan, bahwa jarak panah masih lebih baik dari semua
itu. Sehingga perbedaan akhirat dengan dunia dapat disimpulkan LEBIH DARI 20 JUTA KALI LIPAT.
Bahwa nilai sebesar
itu sekiranya bukanlah hal yang berlebih-lebihan (hiperbola).
Bukankah telah dijelaskan pula dalam hadits yang
shahih:
"Perumpamaan dunia dengan akhirat tidak lain seperti
salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka lihatlah
apa yang dibawa kembali."
(H.R. Ibnu Majah, dinyatakan shahih oleh Al-Albani)
“Tidaklah
dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari
kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam LAUTAN. Maka hendaklah ia melihat APA
YANG DIBAWA OLEH JARI tersebut ketika diangkat?” (H.R. Muslim)
*perbandingan yang
teramat jauh, satu tetes air dibandingkan dengan volume lautan atau samudera
yang begitu luasnya. Hasilnya tentu berjuta-juta hingga milyaran.
**Hadits ini juga
dapat bermakna perbandingan luasnya kerajaan surga dengan alam semesta, yang
sesuai dengan hadits/riwayat tentang perbandingan tujuh langit vs Kursy vs
‘Arsy:
Riwayat
dan penjelasan luasnya kerajaan ‘Arsy dan surga:
“Di
dalam surga itu terdapat seratus
tingkatan, yang seandainya seluruh alam semesta ini berkumpul di salah satu darinya, sungguh ia akan dapat menampung mereka
semua.” (H.R. Ahmad dalam Musnad-nya)
Malaikat Jibril
pernah mencoba mengukur panjangnya surga dengan terbang (kita tidak tahu
seberapa kecepatan Malaikat Jibril, kemungkinan jauh melebihi kecepatan cahaya, bukankah ia berkali-kali
naik turun dari kerajaan-Nya ke bumi untuk menyampaikan wahyu?), satu kali
terbang sejauh TIGA PULUH RIBU TAHUN, sampai beberapa kali terbang Malaikat
Jibril sudah tidak kuat lagi, kemudian tiba-tiba keluar bidadari menegur
Malaikat Jibril, “mengapa bersusah-susah, bahkan untuk melewati HALAMANKU saja
engkau belum mencapainya!”, kata bidadari.
Sedangkan tentang ‘Arsy, dalam hadits dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa ‘Arsy
itu di atas TIGA RATUS ENAM PULUH RIBU tiang, jarak antara masing-masing tiang
sejauh perjalanan TIGA RATUS RIBU TAHUN. Kemudian disebutkan bahwa di bawah
tiap tiang ‘Arsy terdapat padang luas sebanyak DUA BELAS RIBU, tiap padang
seluas antara TIMUR DAN BARAT. Maka, luas
‘Arsy adalah 360.000 x 12.000 = 4.320.000.000 KALI luas timur dan barat
(dunia).
Dalam kitab Durratun
Nasihin III diterangkan bahwa Ibnu Jarir, Ibnu Mardawih, dan
Abu Syaikkhin dari Abu Dzarrin ra berkata; Rasulullah saw. bersabda:
“Hai Abu Dzarrin, langit yang sebanyak tujuh bila dibandingkan dengan KURSY laksana gelang kecil yang terletak di PADANG BELANTARA dan keutamaan ‘ARSY bila dibandingkan dengan Kursy seperti PADANG BELANTARA dengan gelang kecil.”
“Hai Abu Dzarrin, langit yang sebanyak tujuh bila dibandingkan dengan KURSY laksana gelang kecil yang terletak di PADANG BELANTARA dan keutamaan ‘ARSY bila dibandingkan dengan Kursy seperti PADANG BELANTARA dengan gelang kecil.”
ALLAHUAKBAR! 1000 x
Sehingga kesimpulan
yang dapat diambil adalah:
PERTAMA, nilai jarak panah di surga dapat melebihi 20 juta kali
dengan nilai hamparan bumi yang terkena sinar matahari.
KEDUA, ditambah dengan besarnya kerajaan ‘Arsy dan Surga
dibanding alam semesta seperti sebuah ‘padang belantara’ dengan sebuah ‘gelang
kecil’.
Hasil akhirnya, nilai
‘Arsy dan surga adalah hasil perkalian dari kedua nilai perbandingan tersebut. Dari sini,
terlihat jelas perbedaan keutamaan yang terlampau dan terlampau terlalu jauh
antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Dan peringatan mengenai hal ini
telah diperingatkan pula oleh Allah dalam firman-Nya: Q.S. Al-An’aam [6]: 32, Q.S.
At-Taubah [9]: 38, serta Q.S. Al-‘Ankabuut [29]: 64.
“Dan tiadalah
kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh
kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al-An’aam [6]: 32)
“Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai
ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan
dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (Q.S. At-Taubah [9]: 38)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau
dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Q.S. Al-‘Ankabuut [29]: 64)
Untuk lebih
meyakinkan perbandingan nilai kelipatan sebesar itu, perhatikan hal ini:
“...
SATU PERMATA di surga itu lebih baik
dari DUNIA SEISINYA.”
(H.R. Tirmidzi)
*Lihatlah
pula
bahwa permata surga sangat berbeda dengan permata dunia,
bahkan satu permata melebihi dunia seisinya yang mana di dalamnya pun terdapat cukup
melimpah permata dunia. Hal ini jelas membuktikan tidak ada sesuatu pun di
surga yang sama dengan yang ada di dunia kecuali hanya nama-nama saja,
sedangkan substansi/hakikatnya akan sangat berbeda.
“TEMPAT
CAMBUK di surga itu lebih baik daripada
DUNIA DAN SEGALA ISINYA.” (H.R.
Bukhari dan Muslim)
“...
Sungguh
TUTUP KEPALA salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada DUNIA DAN SEISINYA.”
(H.R.
Bukhari dan Muslim)
Perhatikan bagaimana volume sebuah “permata, tempat
cambuk, atau kerudung” di surga dibandingkan dengan volume “dunia
dan segala isinya”. Jika dikalkulasi, perbandingannya sudah tentu bahkan akan
(jauh) MELEBIHI 20 JUTA KALI LIPAT.
ALLAHUAKBAR! 1000 x
Sungguh
benar-benar orang yang sangat merugi dan kurang berpikir apabila tertipu oleh
dunia dan melupakan akhirat. Semoga kita tetap istiqomah dan setelah membaca uraian
di atas, mari kita segera songsong untuk berlomba-lomba mengejar ampunan dan surga yang lebih luas dari langit dan
bumi, karena perdagangan
dengan Allah itu tidaklah murah.
(Referensi: HaditsWeb 3.0 – Kumpulan dan
Referensi Belajar Hadits, Kitab Hadits Riyadhus Sholihin, Buku RUMUS MASUK
SURGA – Cara Cerdas Memilih Amal untuk Hasil Optimal, hlm. 188, dan lainnya, dengan tambahan)