Sebuah
pembahasan yang akan sangat menggugah kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan! :)
-------------------------------------------------
"Celaka
engkau. Apakah surga itu hanya
satu? Sesungguhnya surga itu jumlahnya
AMAT BANYAK ...."
(H.R. Bukhari)
Surga itu terdiri atas banyak tingkatan dan
masing-masing tingkatannya berada di atas tingkatan lainnya. Jarak antar
tingkatan sejauh jarak antara langit dan bumi.
*Imam Zuhri ra.: “Penggambaran
semacam itu hanyalah sebuah perumpamaan agar dapat dipahami oleh kemampuan akal
manusia yang sangat terbatas itu”. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al
Mishbah: “Dalam benak manusia, tidak ada
sesuatu yang dapat menggambarkan keluasan melebihi luasnya langit dan bumi, maka
untuk menggambarkan betapa luasnya surga, maka Allah memilih kata-kata selebar
langit dan bumi” (lihat Q.S. 3: 133 dan 57:21). Apalagi pada masa
ketika firman ini turun, pengetahuan tentang alam semesta dan benda-benda
angkasa masih sangat minim dan menuai banyak kesalahan. Maka selebar langit dan
bumi adalah gambaran paling mungkin walaupun waktu itu luas langit dan bumi pun
belum dapat dicapai oleh akal dan pengetahuan.
Rasulullah telah
menjelaskan tentang jauhnya jarak antara satu tingkatan dan yang lainnya, di
dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa para penghuni surga itu melihat
orang-orang yang lebih tinggi tingkatannya dari mereka laksana bintang yang pergi
menjauh di langit.
“Sesungguhnya, orang-orang di surga akan melihat
orang-orang yang di atas tingkat mereka, bagaikan melihat BINTANG DI LANGIT yang
tinggi.” (H.R. Bukhari,
Muslim, hadits semisal juga diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi)
“Sesungguhnya
penghuni surga benar-benar akan meihat para penghuni kamar yang berada di atas
mereka sebagaimana kalian melihat bintang-bintang kejora yang bercahaya yang
berada di UFUK TIMUR ATAU BARAT karena perbedaan keutamaan mereka.” (H.R. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Hibban,
Thabrani)
“Sesungguhnya, surga itu mempunyai SERATUS TINGKATAN yang
Allah sediakan bagi orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Jarak antara satu
tingkatan kepada tingkatan lainnya sama seperti jarak antara LANGIT DAN BUMI.”
(H.R. Bukhari dalam Shahih-nya)
“Di
dalam surga itu terdapat SERATUS TINGKATAN, yang seandainya seluruh alam semesta ini berkumpul di salah satu darinya, sungguh ia akan dapat menampung mereka
semua.” (H.R. Ahmad dalam Musnad-nya)
“Lemparkanlah (panahlah), wahai para pembuat senjata.
Barang siapa yang bisa mengenai musuh dengan panahnya, niscaya Allah akan
meninggikan derajatnya satu tingkat.” Ka’ab berkata, Maka Abdurrahman bin Abi
Nahham berkata, “Wahai Rasulullah, derajat apa itu? “ Maka Rasulullah saw.
bersabda, “YANG DIMAKSUD DERAJAT ITU bukanlah (seperti) tangga milik ibumu,
tapi jarak antara DUA DERAJAT SEPERTI PERJALANAN 100 TAHUN.” (Hadits
dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nasa'i, Ibnu Hibban,
'shahih', hadits tentang jarak perjalanan 100 tahun juga diriwayatkan oleh
Tirmidzi)
Dalam
hadits yang lain juga disebutkan bahwa jarak antara satu tingkatan dengan yang
lain seperti perjalanan 500 tahun, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Di dalam surga itu ada
100 TINGKATAN, jarak antara dua tingkatan seperti perjalanan 500 tahun.” (H.R.
Thabrani, 'shahih lighairihi')
*Perbedaan jaraknya
bukanlah berarti hadits tersebut bertentangan, akan tetapi karena memang keadaan
tingkatan surga itu berbeda-beda tergantung tingkat
keutamaan/ketinggian derajatnya.
Ibnu Abbas telah menyebutkan, “Jumlah
tingkatan surga itu SANGAT BANYAK. Bisa jadi ia sama dengan jumlah ayat
Al-Quran, sebab telah disebutkan di dalam sebuah hadits:
“Dikatakan
kepada shahibul Qur’an*,
‘Bacalah dan naiklah (ke tingkatan surga) serta tartilkanlah (bacaanmu) sebagaimana
engkau mentartilkannya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu (di surga) adalah
berdasarkan akhir ayat yang kamu baca’.”
(Musnad Imam Ahmad. Hadits semisal juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dia
berkata,
“hasan shahih”, selain itu, hadits
dengan makna bahwa naik tingkatan tiap satu ayat juga diriwayatkan oleh Abu Dawud,
Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi, dan Hakim.)
*Shahibul
Qur’an adalah orang
yang hafal Al-Quran dan mengamalkannya, dalam wacana lain, shahibul Qur'an adalah orang-orang yang konsisten
dalam membaca dan mengamalkannya.
Oleh karenanya, ‘Aisyah mengatakan, “Jumlah tingkatan surga itu sesuai dengan
jumlah ayat Al-Quran. Barang siapa yang masuk surga dari kalangan yang membaca
Al-Quran, niscaya tidak ada seorangpun yang lebih tinggi darinya.” (H.R.
Imam
Ahmad, Baihaqi, Abi
Syaibah, Baghowi,
Hakim berkata: sanad 'shahih')
Ibnu Hajar mengomentari sabda Nabi, “seratus derajat,” ia berkata, Dalam
konteks hadits ini, TIDAK ada penjelasan bahwa jumlah tersebut merupakan jumlah
keseluruhan tingkatan surga. Sebab, tidak ada yang
menafikan kalau ada tambahan yang lain.
Al-Munawi
ra. berkata
tentang sabda Nabi saw, “Di dalam surga itu ada seratus derajat”. Hadits
tersebut tidak bertentangan dengan hadits yang menunjukkan bahwa
tingkatan surga itu lebih dari seratus, sebagaimana yang tertera dalam hadits
tentang shahibul Qur’an.
Begitu
juga bisa dikumpulkan antara hadits Abu Hurairah dan hadits Abu Musa Al-Asy’ari. Yaitu
bisa jadi hadits tentang 100 tingkatan
khusus
menyebutkan derajat para mujahidin saja,
dan itu diperkuat dengan hadits lain dari Abu Hurairah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda, ‘Barang siapa beriman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya, mendirikan
shalat dan berpuasa Ramadhan, maka adalah sudah menjadi haknya yang menjadi kewajiban
bagi Allah untuk memasukkannya ke dalam surga, apakah ia berjihad di jalan
Allah atau duduk di bumi tempat ia dilahirkan."
Para sahabat
bertanya, 'Ya Rasulullah, apa tidak sebaiknya kami memberikan kabar gembira kepada orang-orang?' Beliau kemudian bersabda:
"Sesungguhnya di surga terdapat 100 TINGKATAN
(derajat) yang Allah siapkan UNTUK para
mujahidin di jalan Allah. Jarak antara 2 derajat seperti jarak antara langit
dan bumi ...." (Hadits diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Bukhari, dan Tirmidzi)
Adapun jumlah ayat Al-Quran itu lebih dari
6.000
ayat (tepatnya 6.236 ayat).
Demikian pula, telah disebutkan di sebagian doa dan dzikir bahwa Allah akan
mengganjar orang yang membacanya dengan beratus-ratus dan beribu-ribu
pahala pada setiap kali bacaan. Maka, tampaklah bahwa jumlah tingkatan surga
itu BANYAK SEKALI hingga mencapai berjuta-juta tingkatan (derajat).” Wallahua’lam.
Nabi bersabda:
“Siapa
yang masuk pasar lalu membaca doa:
(Laa ilaaha illalaahu, wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu,
yuhyii wa yumiitu wahuwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khairu wahuwa ‘alaa
kulli syai’in qadiir) ‘Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah semata,
Tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, Dia-lah yang
menghidupkan dan mematikan dan Dia Mahahidup dan tidak pernah mati, Di
Tangan-Nya kebaikan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.’ Maka Allah akan
menulis baginya sejuta kebaikan, dan
menghapus darinya sejuta kejelekan,
serta MENGANGKATNYA HINGGA SEJUTA TINGKATAN.”
(H.R. At-Tirmidzi, dan dihasankan
Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’)
…
Karena
tidak ada seorang pun yang tahu tepatnya
jumlah tingkatan
dan tinggi surga kecuali hanya
Allah.
(dirangkum
dari buku Al-Istitsmaar Al-Amtsal wa 'Awaa'iduhu yang telah
diterjemahkan ke dalam buku RUMUS MASUK SURGA - Cara Cerdas Memilih Amal
Untuk Hasil Optimal, hlm.172-174, 177, & 179, dengan tambahan dari buku “MEMESAN KURSI TERTINGGI DI
SURGA”, judul asli: Kaifa Tarfa'u
Darojataka fi 'l-Jannah, dan referensi tambahan lainnya)
-------------------------------------------------
Penjelasan lanjutan:
Untuk lebih
memahaminya agar dikaitkan dengan analisa ke-10 tulisan “ GAMBARAN & ANALISA ALAM SEMESTA (TINGKAT LANJUT)”.
“... Sekiranya dunia seisinya ini
diletakkan di atas kunci (gembok) pintu surga itu, maka seperti seekor burung
atau sebutir telur di PUNCAK GUNUNG ....” (Hadist dalam Misykaatul Anwaar)
Jika jarak dua
tingkatan yang jaraknya sejauh langit dan bumi (dunia) hanyalah diibaratkan
seperti sebutir telur dengan gunung, maka dibutuhkan berapa banyak butir telur
untuk memenuhi gunung tersebut? Dan jika alam semesta adalah seperti ‘satu
titik’ dalam kerajaan-Nya, maka dibutuhkan berapa ‘titik’ untuk memenuhi
surga-Nya? Maka telah jelas dengan SEYAKIN-YAKINNYA bahwa tingkatan surga
amatlah banyak.
Bahwa yang diketahui pada umumnya adalah ada 8 surga (‘Adn, Ma’wa, Firdaus, Na’im, dll), sehingga
pandangannya pun sempit dan berpikiran 8 surga itulah tingkatan surga. PADAHAL,
8 surga itu BUKANLAH tingkatan surga, tetapi merupakan “nama lain surga”, itu pun diketahui jumlahnya lebih dari
delapan* (red).
*Dalam buku “SMS DARI
SURGA - Kabar Gembira Untuk Calon Penghuni Surga” disebutkan beberapa nama
surga, misalnya: Daarus Salaam
(negeri penuh keselamatan; Q.S. 6:127, 10:25), Daarul Khuldi (negeri abadi; Q.S. 50:34), Jannatul Khuldi (surga abadi; Q.S. 25:15), Daarul Muqamah (negeri tempat kediaman; Q.S. 35:35), Jannatul Ma'waa (surga tempat tinggal; Q.S.
32:19), Jannatul 'Adn (surga tempat
tinggal yang abadi; Q.S. 13:23-24, 61:12), Firdaus
(taman/ kebun; Q.S. 23:11), Jannatun Na'iim
(surga penuh kenikmatan; Q.S. 56:12), Al
Maqaamul Amiin (tempat yang aman; Q.S. 44:51), dan masih banyak lagi nama
lainnya seperti Maq'ad Sidq (tempat
yang disenangi; Q.S. 54:55), Raudhaatul Jannaah
(taman surga; Q.S. 42:22), Raudhah (taman;
Q.S. 30:15), Mudkhalan Kariiman (tempat
yang mulia; Q.S. 4:31), Husnul Ma'aab
(tempat kembali yang baik; Q.S. 3:14), Daarul
Aakhirah (negeri akhirat; Q.S. 2:94), Jannatun
'Aaliyatun (surga yang tinggi; Q.S. 69:22), Al Ghurufaatu (tempat-tempat yang tinggi; Q.S. 34:37).
Ada pula riwayat yang menyatakan bahwa itu
adalah “macam surga”. Yaitu perbedaan bahan/komposisi pembangunan surga nan
agung. Sedangkan Imam Qurthubi berpendapat bahwa nama-nama tersebut bukan untuk membedakan satu surga
dengan surga yang lain, tapi hanyalah sebatas “sifatnya saja”. Tetapi, yang pasti adalah bahwa telah
disebutkan dalam hadits-hadits shahih bahwa tingkatan
surga itu SANGAT BANYAK. Bahkan mencapai ‘TAK TERHITUNG’.
“(Kedudukan)
mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah” (Q.S.
Ali Imran: 163)
“Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa
yang yang telah mereka kerjakan” (Q.S. Al-Ahqaaf: 19)
“Seandainya neraka tidak mencicipi kita dan kita langsung
masuk surga pun, Seberapa PENYESALAN kita (atas amal- amalan sunnah yang telah ditinggalkan) jika hanya menjadi
penghuni surga tingkatan (ter)bawah???”
semoga ini bisa menjadi renungan
untuk kita semua dan bergegas untuk berlomba-lomba
dalam kebaikan :)
Tulisan
terkait: