Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti untuk makan dan minum karena dia ingin memiliki tanah yang maha luas.
Akhirnya tibalah ia pada suatu tempat setelah berhasil menjelajahi daerah cukup luas, tetapi ia sudah sangat lelah dan hampir mati. Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku paksa diri begitu keras untuk menguasai tanah yang seluas ini? Kini aku sudah sekarat dan hampir mati, dan aku ‘hanya’ butuh tanah seluas 2 METER untuk menguburkan diriku sendiri.
Cerita ini mirip dengan perjalanan hidup kita. Kita cenderung memaksa diri sangat keras tiap hari untuk mencari uang, kekuasaan, dan keyakinan diri. Kita cenderung mengabaikan kesehatan kita, waktu bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan di sekeliling kita, hal-hal yang ingin kita lakukan.
Kita cenderung mengabaikan kehidupan rohani kita. Kita cenderung tidak memikirkan dengan serius hidup kita sesudah mati. Anda percaya ada kehidupan sesudah mati? Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, “kita akan melihat betapa kita tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi kita tidak mampu memutar mundur waktu atas semua hal yang tidak sempat dilakukan”.
(sumber: http://jackprise.blogspot.co.id/2010/07/61-hidup-hanya-sebuah-perjalanan.html)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui.” (Q.S. Al-Ankabuut: 64)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari
main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik
bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al-An’aam: 32)
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada)
hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al-Baqarah: 281)
Maka dengan tulus dari kesadaran diri
masing-masing, luangkanlah waktu memikirkan sejenak mengenai “Perjalanan Hidup
Sesudah Mati”. Karena kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang
‘sesungguhnya’ (Q.S. Al-Ankabuut: 64), bukankah kehidupan di bumi ini memiliki
relativitas waktu sangat mendekati (nyaris) NOL jika dibandingkan dengan waktu
akhirat? (‘SEKEJAP’ SAJA!). Lagi pula kesenangan dunia hanyalah tipuan yang
memperdaya (DUNIA = KESENANGAN SEMU YANG AMAT PAYAH), dan cuma sekadar senda gurau & main-main saja (Q.S.
Al-An’aam: 32).
Dan ketika permulaan Hari Kiamat
telah datang (KIAMAT DALAM SAINS & ISLAM (Bagian 1), KIAMAT DALAM SAINS & ISLAM (Bagian 2)), maka ‘Hari Penyesalan’ tiba. “Semua manusia diliputi rasa gelisah dan
penderitaan yang tidak terperi dan tak kuasa menahannya” (penggalan H.R.
Bukhari Muslim). Kengerian yang amat menusuk (KENGERIAN TERAMAT SANGAT HARI KIAMAT!). Perhitungan dan pembalasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakan (Q.S. Al-Baqarah: 281), sangat sempurna dan kekal (TAK 'KAN TERBAYANG LAMANYA WAKTU AKHIRAT!), ~~~
*Mari
kita renungkan kembali isi dari setiap judul tulisan di atas.
Dan
semoga kita tidak termasuk orang-orang yang melalaikan peringatan:
“Maka tatkala mereka ‘melupakan
peringatan yang telah diberikan’ kepada mereka, Kami pun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan
apa yang telah diberikan kepada mereka, KAMI SIKSA MEREKA DENGAN
SEKONYONG-KONYONG, MAKA SEKETIKA ITU MEREKA TERDIAM BERPUTUS ASA.“ (Q.S. Al-An’aam:
44)
Akhir kata,
“Ilmu pasti bukanlah 1+1=2, tetapi sebenar-benar ilmu pasti adalah
kematian dan Hari Kiamat”.