BAGIAN
1: SEJARAH PANJANG TARIKH MASEHI
Pengantar
Sistem penanggalan dan perhitungan hari,
lahir dari rahim astrologi, yakni ilmu tentang pergerakan benda-benda langit
seperti matahari, bulan, dan rasi bintang. Astrologi berasal dari Mesopotamia,
daratan di antara Sungai Tigris dan Efrat, daerah asal orang Babel Kuno (kini
Irak Tenggara). Ilmu ini berkembang sejak zaman pemerintahan Babel Kuno,
kira-kira tahun 2000 sebelum Masehi (SM).
Semula, di Mesir kira-kira tahun 1000
SM, para ahli perbintangan mempelajari benda-benda langit hanya untuk ramalan
umum mengenai masa depan. Pengetahuan astrologi ini diambil alih suku Bangsa
Babel.
Astrolog Babel kemudian mengembangkan
suatu sistem yang menghubungkan perubahan musim dengan kelompok-kelompok
bintang tertentu yang disebut rasi atau konstelasi. Tetapi antara tahun 600 SM
dan 200 SM, mereka mengembangkan suatu sistem untuk menghitung penanggalan hari
dan menggambar horoskop perorangan.
Tarikh Masehi memiliki akar dan ikatan
yang kuat dengan tradisi astrologi Mesir Kuno, Mesopotamia, Babel, Yunani antik,
dan Romawi tua serta dalam perjalanannya mendapat intervensi gereja.
Tariks Masehi adalah tarikh yang kini
dipakai secara internasional dan oleh kalangan gereja dinamakan Anno Domini (AD) terhitung sejak
kelahiran Nabi Isa as (Yesus). Semula biarawan Katolik, Dionisius Exogus pada
tahun 527 Masehi ditugaskan pimpinan gereja untuk membuat perhitungan tahun
dengan titik tolak tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus).
Masa sebelum kelahiran Nabi Isa as
(Yesus) dinamakan masa sebelum masehi. Semua peristiwa dunia sebelumnya
dihitung mundur alias minus. Dengan sebuah gagasan teologis Nabi Isa as (Yesus)
sebagai penggenapan dan pusat sejarah dunia. Tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus)
dihitung mulai tahun pertama atau awal perjanjian baru. Tarikh yang berdasarkan
sistem matahari ini sebelum menjadi sempurna seperti yang kita kenal sekarang
mengalami sejarah yang cukup panjang, sejak zaman Romawi, jauh sebelum
pemeritahan Julis Caesar.
Maklumat
Julius Caesar
Semula, tarikh orang Romawi ini terbagi
dalam 10 bulan saja yaitu:
1. Martius (Maret)
2. Aprilis (April)
3. Maius (Mei)
4. Junius (Juni)
5. Quintilis (Juli)
6. Sextilis (Agustus)
7. September (September)
8. October (Oktober)
9. November (Nopember)
10. December (Desember)
Seperti halnya dengan pemberian nama
hari, pemberian nama bulan pada tarikh yang kemudian menjadi tarikh Masehi ini
ada kaitannya dengan nama DEWA bangsa Romawi. Contoh, bulan Martius mengambil
nama Dewa Mars, bulan Maius mengambil nama Dewi Maia, dan bulan Junius
mengambil nama Dewa Juno.
Sedangkan nama-nama Quintrilis,
Sextilis, September, October, November, dan December adalah nama yang diberikan
berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quintilis berarti bulan kelima,
Sextilis bulan keenam, September bulan ketujuh, October bulan kedelapan,
November bulan kesembilan, dan December bulan kesepuluh.
Adapun nama bulan Aprilis diambil dari
kata Aperiri, sebutan untuk cuaca yang nyaman di dalam musim semi.
Berdasarkan nama-nama tersebut di atas,
nampak bahwa pada zaman dahulu permulaan
tarikh jatuh pada bulan Maret.
Hal ini erat kaitannya dengan musim dan
pengaruhnya kepada tata kehidupan masyarakat di Eropa. Bulan Maret (tepatnya 21
Maret) adalah permulaan musim semi. Awal musim semi itu disambut dengan
perayaan suka cita karena dipandang sebagai mulainya kehidupan baru, setelah
selama 3 bulan mengalami musim dingin yang membosankan. Jadi kedatangan musim
semi ini dirayakan sebagai PERAYAAN TAHUN BARU setiap tahun.
Tarikh yang hanya terdiri atas 10 bulan
itu, kemudian berkembang menjadi 12
bulan. Berarti ada tambahan 2 bulan, yaitu Januarius dan Februarius.
Januarius adalah nama yang berasal dari
nama Dewa Janus. Dewa ini berwajah dua, menghadap ke muka dan ke belakang,
hingga dapat memandang masa lalu dan masa depan. Sebab itu, Januarius
ditetapkan sebagai bulan pertama.
Februarius diambil dari upacara Februa,
yaitu upacara semacam bersih desa atau ruwatan untuk menyambut kedatangan musim semi. Dengan ini Februarius
menjadi bulan yang kedua, sebelum musim semi datang pada bulan Maret.
Demikianlah, maka bulan-bulan yang
terdahulu letaknya di dalam tarikh baru menjadi tergeser dua bulan, dan
susunannya menjadi: Jauarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maius, Junius,
Quintilis, Sextilis, September, October, November, dan December.
Pada akhirnya, nama-nama Quintilis
sampai December menjadi tanpa arti.
Karena posisi dalam urutan kedudukannya yang baru di dalam tarikh, tidak sesuai
lagi dengan arti sebenarnya. Sistem yang dipakai waktu itu belum merupakan sistem
matahari murni, masih banyak kesalahan atau ketidakcocokan yang makin jauh
melesetnya.
Pada saat JULIUS CAESAR berkuasa,
kemelesetan telah mencapai 3 bulan dari patokan yang seharusnya.
Dalam kunjungan ke Mesir tahun 47 SM,
Julius Caesar sempat menerima anjuran dari para ahli perbintangan Mesir untuk memperpanjang
tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari pada bulan Februari dan
menambah 67 hari antara bulan November dan December.
Rupanya ini merupakan TAHUN PERTAMA
dalam sejarah. Namun adanya kekacauan selama 90 hari itu, perjalanan tahun
kembali cocok dengan musim.
Sekembali ke Roma, Julius Caesar
mengeluarkan maklumat penting dan berpengaruh luas hingga kini yakni penggunaan
sistem matahari dalam sistem penanggalan seperti yang dipelajarinya itu dari
Mesir.
Adapun
isi keputusannya:
Pertama, setahun berumur 365 hari. Karena bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari, sebenarnya terdapat kelebihan 0,25 hari setiap tahun, atau sama dengan 0,25 x 24 jam = 6 jam setiap tahun.
Pertama, setahun berumur 365 hari. Karena bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari, sebenarnya terdapat kelebihan 0,25 hari setiap tahun, atau sama dengan 0,25 x 24 jam = 6 jam setiap tahun.
Kedua, setiap 4 tahun sekali, umur tidak 365 hari tetapi 366 hari,
disebut tahun kabisat. Tahun kabisat ini sebagai penampungan kelebihan 6 jam
setiap tahun yang dalam 4 tahun menjadi 4 x 6 jam = 24 jam atau 1 hari.
Penampungan sehari setiap tahun kabisat
ini dimasukkan dalam bulan Februari, yang pada tahun biasa berumur 29 hari,
pada tahun kabisat menjadi 30 HARI.
Sebagai peringatan atas Julius Caesar
dalam melakukan penyempurnaan tarikh itu, maka tarikh tersebut disebut TARIKH
JULIAN, dengan mengganti nama bulan ke-5
yang semula Quintilis menjadi Julio, yang kini kita kenal sebagai bulan
Juli.
Untuk mengabadikan namanya, Kaisar
Agustus, yang memerintah setelah Julius Caesar, mengubah nama ke-6 Sextilis
menjadi Augustus. Perubahan itu diikuti dengan penambahan umur bulan Agustus
menjadi 31 hari, karena sebelumnya bulan
Sextilis umurnya 30 hari saja. Penambahan satu hari itu diambilkan dari
bulan Februari. Karena itulah bulan Februari umurnya hanya 28 HARI atau 29 HARI
pada tahun kabisat.
Sementara waktu berjalan terus dan
tarikh Julian yang tampak sudah sempurna itu, lama-lama memperlihatkan
kemelesetan juga. Apabila pada zaman Julius Caesar jatuhnya musim semi mundur
hampir 3 bulan, kini musim semi justru dirasakan maju beberapa hari dari
patokan.
Akhirnya kemelesetan itu dapat diketahui
sebab-sebabnya. Kala revolusi bumi yang semula dianggap 365,25 hari, ternyata
tepatnya 365 hari, 5 jam, 56 menit kurang beberapa detik. Jadi ada kelebihan
menghitung 4 menit setiap tahun yang makin lama makin banyak jumlahnya.
Atas kemelesetan itu, Paus Gregorius
XIII pimpinan gereja Katolik di Roma pada tahun 1582 melakukan koreksi dan
mengeluarkan sebuah keputusan atau bulla.
Pertama, angka tahun pada abad pergantian, yakni angka tahun yang diakhiri
2 nol, yang tidak habis dibagi 400, misalnya 1700, 1800, dan sebagainya, bukan
lagi sebagai tahun kabisat. (catatan: Jadi tahun 2000 yang habis dibagi 400
adalah tahun kabisat).
Kedua, untuk mengatasi keadaan darurat pada tahun 1582 itu diadakan
pengurangan sebanyak 10 hari, jatuh pada bulan Oktober. Pada bulan Oktober 1582
itu, setelah tanggal 4 Oktober langsung ke tanggal 15 Oktober. Jadi dalam
tarikh Masehi, tidak pernah ada tanggal 5 sampai dengan 14 Oktober pada tahun
1582 itu.
Ketiga, sebagai pembaruan terakhir Paus Gregorius XII menetapkan 1 JANUARI
sebagai tahun baru lagi. Berarti pada perhitungan rahib Katolik, Dionisius
Exogus tergusur. Tahun baru BUKAN LAGI
25 MARET seiring dengan pengertian/anggapan Nabi Isa as (Yesus) lahir pada
tanggal 25, dan permulaan musim semi pada bulan Maret.
Dengan keputusan tersebut di atas,
khususnya yang menyangkut tahun kabisat, koreksi hanya akan terjadi setiap 3323
tahun. Karena dalam jangka waktu 3323 tahun itu kekurangan beberapa detik tiap
tahun akan terkumpul menjadi satu hari. Berarti bila tidak ada koreksi, tiap
3323 tahun jatuhnya musim semi maju satu hari dari patokan. Dalam perkembangannya,
tarikh Masehi dapat diterima oleh seluruh dunia untuk perhitungan dan
pendokumentasian waktu secara internasional.
Ditulis dari materi kajian lintas agama,
Jakarta Pusat, 2011.
Ustadz Kodiran Salim, Peneliti
Independen Lintas Kitab Suci.
Dikutip dari berbagai sumber.
BAGIAN
2 (INTI): CARA MENYIKAPI
Sistem Islam memiliki penanggalan
sendiri yaitu penanggalan Hijriyah yang didasarkan atas revolusi bulan terhadap
bumi (Qomariah). Sistem lain memiliki
penanggalan Masehi yang didasarkan atas revolusi bumi terhadap matahari (Syamsiah). Sistem Masehi telah mengalami
banyak penyempurnaan hingga pada akhirnya sistem Masehi ini benar-benar tepat
dalam perhitungan revolusi bumi terhadap matahari seiring majunya sains dan
astronomi.
*Bahkan kini anak sekolah pun mampu
menghitung waktu revolusi planet-planet dan benda langit dengan menggunakan
rumus astronomi T=sqrt 4.phi^2.r^3/G.M.
Sistem penanggalan Hijriyah sangat
dibutuhkan bagi umat Islam dalam menentukan waktu-waktu ibadah (misalnya puasa
Ramadhan, puasa sunnah, haji, dll), hari-hari besar Islam, peristiwa-peristiwa
Islam, yang mana ketepatan perhitungannya maka setiap tanggal 1 bulan Hijriyah,
bulan akan selalu pada bentuk dan derajat yang sama (kemunculan bulan sabit
pertama).
Sistem penanggalan Masehi pun dibutuhkan
dalam menentukan pergantian musim (musim panas dingin gugur semi kemarau
hujan), cuaca, posisi matahari dengan garis khatulistiwa, masa tanam dan
berbuah, dll. Apalagi kalender Masehi telah dipakai secara internasional,
dipakai dalam kalender pendidikan maupun ketentuan kedinasan, pun dalam
surat-surat berharga, tentu kita tak bisa lepas dengannya.
Artinya, kedua jenis penanggalan tersebut memang dibutuhkan dan membawa
manfaat. Sebagai umat Islam yang berpandangan komprehensif, tidak boleh ia
menolak mentah-mentah sistem penanggalan Masehi hanya karena murni berasal dari
orang kafir*, dan tidak boleh pula terlalu kagum dengannya, apalagi sampai ikut
mengkultuskan atau mengkhususkan hari atau merayakannya.
*Ingat pula bahwa sistem Qomariah pun telah ada jauh sebelum masa
Nabi Muhammad saw, hanya pada titik tolak disepakatinya hijrahlah mulai
dijadikan sebagai tahun ke-1 H. Sistem Syamsiah
sendiri pun sebenarnya telah ada jauh sebelum masa Nabi Isa as, hanya pada
kelahiran Nabi Isa as lah mulai dijadikan sebagai tahun ke-1 M.
Oleh karena itu ikut-ikutan kebiasaan
orang kafir merayakan tahun baru Masehi dengan berpesta ria amat tidak pantas
dilakukan, tetapi menjadikannya sebagai momentum introspeksi dan evaluasi
kinerja justru amatlah baik dilakukan. Tentu, tahun baru Hijriyah (bulan
Muharram) yang telah kita lewati di bulan November yang lalu merupakan momentum
perubahan yang jauh lebih besar, lebih agung, dan lebih banyak menyangkut
aspek-aspek kehidupan.
Mungkin kita juga tidak terpikir, banyak
hal keduniaan yang ditemukan oleh orang kafir yang membawa manfaat besar bagi
umat manusia. Bahkan banyak keajaiban-keajaiban Al-Quran dan bukti kebenaran
Islam yang terungkap melalui penelitian-penelitian orang kafir, baik secara
sengaja atau tidak dan secara disadari ataupun tidak. Dan mari kita simak sedikit
rahasia takdir penanggalan sistem bulan dan sistem matahari ini:
S U R A T A R - R A ' D U
13:2. Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukkan matahari dan
bulan. Masing-masing beredar
hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu)
dengan Tuhanmu.
S U R A T I B R A H I M
14:33. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus
menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang.
S U R A T A L - A N B I Y A A ‘
21:33. Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
S U R A T A R - R A H M A A N
55:5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
*Ayat ini menjadi isyarat bahwa kemajuan
ilmu/metode hisab dalam menentukan
waktu memiliki tingkat akurasi yang tinggi daripada metode manual (rukyah). Kita heran pendukung rukyah sering mencari seribu alasan untuk
menyalahkan metode hisab, namun
mereka sendiri bahkan setiap hari shalat 5 waktu dengan hasil perhitungan hisab serta menggunakan kalender Hijriyah
hasil perhitungan/hisab. Ini sangat
memprihatinkan, maka hendaknya mereka tetap dapat saling menghargai tanpa
saling mencerca meskipun memiliki keyakinan/kecenderungan yang berbeda.
S U R A T A L - J I N N
72:28. Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah
menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.
*Artinya Allah menciptakan segala sesuatu (kejadian dan semua objek di alam
semesta) dengan "hitungan yang teliti satu persatu", yaitu dari kata
Arab, 'adad.
**Ayat ini juga menjadi ruh bahwa alam
semesta ini diatur berdasarkan sebuah angka dan perhitungan. Alam semesta
diukur berdasarkan sebuah koefisien (misalnya saja angka ajaib 1,618!),
kodetifikasi bilangan, dan hukum-hukum matematis tingkat tinggi, misalnya saja
Hukum Benford yang baru abad 20 menjadi penemuan fantastis!
S U R A T A L - K A H F I
18:25. Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan
ditambah sembilan tahun (lagi).
*Telah berabad-abad lamanya muncul
pertanyaan mengapa tidak ditulis 309 tahun saja, mengapa 300 dan 9 tahun. Dan
ternyata akhirnya diketahui, ini mengisyaratkan dua jenis perhitungan tahun,
yaitu 300 tahun adalah menurut penanggalan Masehi dan 309 tahun adalah
menurut penanggalan Hijriyah .
Subhaanallaah! Sungguh segala takdir, hukum alam, dan kausalitas yang sempurna
dari-Nya sangat luar biasa. Allah melibatkan segala ciptaan-Nya untuk
menyempurnakan dan menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Lihatlah hubungan
dari setiap kejadian, hubungan takdir antara manusia yang satu dengan yang
lain, hubungan dari benda dari tingkat quark
(partikel yang jauh lebih kecil dari atom) sampai tingkat supercluster complex-semesta. Semuanya tersusun sempurna, saling
berhubungan tetapi tidak bertabrakan bahkan bersesuaian dengan hukum-hukum
sebab-akibat dengan tingkat kompleksitas yang tak terbatas dan sulit dijangkau
akal.
Maka akhir dari tulisan ini ialah agar
kita menjadi muslim yang dapat memandang komprehensif atas setiap permasalahan, hukum, dan kejadian
sehingga tidak terjebak dalam perdebatan atau pandangan yang sempit dan dapat
mencapai tingkatan kebijaksanaan.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Smile :)
*GKPI: Gerakan Komprehensif Pemahaman
Islam