Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Jauh sebelum adanya kasus penistaan
agama, jauh sebelum populernya ayat Al-Maidah 51, beberapa tahun silam kami
telah menyampaikan dan menulis tentang masalah ini meskipun saat itu masih
jarang dibahas di masjid-masjid. Alhamdulillah kami bersyukur sekarang
Al-Maidah 51 telah familiar dan banyak dikenal bahkan MUI pun telah
mengeluarkan fatwa tentang ini :). Namun, ternyata masih ada Saudara-saudara
kita yang gagal paham bahkan melawan fatwa MUI. Bahkan belum lama, ada yang
disebut sebagai Kyai Haji namun bersaksi di pengadilan ‘menentang’ dan
berseberangan dengan kesaksian MUI. Maka kami mengharap ridha Allah untuk
mengaplikasikan ayat populer Q.S. Ash-Shaff 14. Aamiin.
Mengingat umat muslim masih terpecah,
semoga tulisan ini bisa menyatukan umat muslim. Aamiin.
“Dan BERPEGANGLAH kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan JANGANLAH KAMU BERCERAI BERAI….” (Q.S. Ali ‘Imraan: 103)
Tahukah bahwa ternyata ada 42 KATA
“AULIYAA” dalam Al-Quran? Sementara ada sebagian muslim bahkan tidak sedikit
yang mengaku ustadz sekalipun, termasuk tokoh-tokoh yang dikenal memiliki
pemikiran menyimpang, namun memahaminya secara parsial, hanya membaca 1 atau
beberapa ayat tentang auliyaa’, mengambil 1 atau beberapa tafsir secara
parsial, mengabaikan prinsip-prinsip lain dalam Islam, kemudian dengan nafsu
dan akal/logika rasionalnya menyempitkan makna kata auliyaa’, menyimpulkan secara
keliru, dan bahkan bertentangan dengan fatwa MUI dan mayoritas ulama. Padahal
para ulama-ulama MUI dan jumhur ulama jauh lebih kompeten dan telah mengkaji
secara mendalam tentang hal ini dalam waktu yang panjang.
Oleh karena itu, kita harus melihatnya
secara keseluruhan untuk bisa memahaminya. Jangan sampai kita hanya terjebak dalam
pembahasan ayat Al-Maidah 51, sementara mengabaikan banyak ayat yang lain, mengabaikan
hadits yang relevan, mengabaikan prinsip aqidah Al-Wala’ wal Bara’, mengabaikan
krakteristik (tabiat) agama Islam, mengaburkan batasan toleransi dan muamalah, dan
sebagainya.
Untuk memahami makna auliyaa’, kita
harus melihat secara keseluruhan karena ada sebanyak 42 KATA AULIYAA’ dalam Al-Quran yang tersebar dalam 40 ayat
berikut:
1 Al-Baqarah[2]:257
2 'Ali
`Imran[3]:28
3 'Ali
`Imran[3]:175
4 An-Nisa'[4]:76
5 An-Nisa'[4]:89
6 An-Nisa'[4]:139
7 An-Nisa'[4]:144
8 Al-Ma'idah[5]:51
(terdapat 2 kata auliyaa’)
9 Al-Ma'idah[5]:57
10 Al-Ma'idah[5]:81
11 Al-'An`am[6]:121
12 Al-'An`am[6]:128
13 Al-'A`raf[7]:3
14 Al-'A`raf[7]:27
15 Al-'A`raf[7]:30
16 Al-'Anfal[8]:34
(terdapat 2 kata auliyaa’)
17 Al-'Anfal[8]:72
18 Al-'Anfal[8]:73
19 At-Taubah[9]:23
20 At-Taubah[9]:71
21 Yunus[10]:62
22 Hud[11]:20
23 Hud[11]:113
24 Ar-Ra`d[13]:16
25 Al-'Isra'[17]:97
26 Al-Kahf[18]:50
27 Al-Kahf[18]:102
28 Al-Furqan[25]:18
29 Al-`Ankabut[29]:41
30 Al-'Ahzab[33]:6
31 Az-Zumar[39]:3
32 Fussilat[41]:31
33 Ash-Shuraa[42]:6
34 Ash-Shuraa[42]:9
35 Ash-Shuraa[42]:46
36 Al-Jathiyah[45]:10
37 Al-Jathiyah[45]:19
38 Al-'Ahqaf[46]:32
39 Al-Mumtahanah[60]:1
40 Al-Jumu`ah[62]:6
Berikut adalah makna auliyaa’ dalam Al-Quran
setelah melihat ayat dan penjelasan tafsirnya:
1 Al-Baqarah[2]:257 = pelindung, pembela, pemberi petunjuk.
“Allah pelindung (waliy) orang yang
beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya (auliyaa’) adalah setan,
…”
2 'Ali
`Imran[3]:28 = pemimpin,
orang yang memiliki kekuasaan atau pengaruh sehingga dapat menimbulkan ancaman
dan ketakutan, wali, pelindung, penolong.
“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir
sebagai pemimpin (auliyaa’), melainkan orang-orang beriman ….””
3 'Ali `Imran[3]:175 = teman-teman setia, teman-teman yang saling
terikat dan cenderung kepadanya.
“Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya (auliyaa’), …”
4 An-Nisa'[4]:76 = kawan-kawan
yang menyokong/mendukungnya.
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan
Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan Ṭhaghut, maka perangilah
kawan-kawan (auliyaa’) setan itu, …”
5 An-Nisa'[4]:89 = pelindung, penolong , teman-teman setia, pembela
(menunjukkan rasa cinta).
“Mereka (orang munafik) ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka
telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu
jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu) (auliyaa’),
sebelum mereka berpindah pada jalan Allah.”
6 An-Nisa'[4]:139
= pemimpin, teman-teman
setia yang memiliki kekuatan/kekuasaan, orang yang kita berikan loyalitas.
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (auliyaa’)
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi
orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah.”
7 An-Nisa'[4]:144
= pemimpin,
pelindung, penolong, wali.
“Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (auliyaa’)
selain dari orang-orang mukmin.”
8 Al-Ma'idah[5]:51
= 2 kata auliyaa’ bermakna orang yang diikuti, dicintai, pemimpin, pelindung, teman yang kita
memberikan kesetiaan.
“Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin/pelindung/teman
setia(mu) (auliyaa’);
mereka satu sama lain saling melindungi.”
9 Al-Ma'idah[5]:57
= pemimpin, wali, tempat
berlindung, yang kita setia kepada mereka.
“Janganlah kamu menjadikan pemimpinmu (auliyaa’) orang-orang yang
membuat agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang
yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (orang musyrik).”
10 Al-Ma'idah[5]:81
= penolong-penolong, teman setia.
“Dan sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Muhammad) dan
kepada apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan menjadikan
orang musyrik itu sebagai teman setia (auliyaa’).”
11 Al-'An`am[6]:121 = kawan-kawan.
“Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan
kepada kawan-kawannya (auliyaa’) (dari golongan manusia) agar mereka
membantah kamu.”
Dalam Q.S.
An-Naas 4-6: “dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, yaitu (setan) dari (golongan)
jin dan manusia.”
12 Al-'An`am[6]:128 = kawan-kawan/pihak yang
ditaati.
“Wahai golongan jin! Kamu telah banyak
(menyesatkan) manusia." Dan kawan-kawan (auliyaa’) mereka dari
golongan manusia (yaitu mereka yang mau menaatinya) berkata, …”
13 Al-'A`raf[7]:3
= pemimpin-pemimpin
yang kamu taati.
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu
ikuti selain Dia sebagai pemimpin (auliyaa’).”
14 Al-'A`raf[7]:27 = pemimpin/yang
diikuti/yang didukung.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan
itu pemimpin (auliyaa’) bagi orang-orang yang tidak beriman.”
15 Al-'A`raf[7]:30 = pelindung.
“Mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung
(auliyaa’) selain Allah.”
16 Al-'Anfal[8]:34
= 2 kata auliyaa’ bermakna orang-orang yang berhak menguasainya
“… dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya (auliyaa’)?
Orang yang berhak menguasai(nya) (auliyaa’), hanyalah orang-orang yang
bertakwa, …”
17 Al-'Anfal[8]:72 = pelindung (saling
melindungi dan tolong menolong).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah … mereka itu
saling melindungi (auliyaa’) satu sama lain.”
18 Al-'Anfal[8]:73 = pelindung (saling
melindungi dan tolong menolong).
“Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka
melindungi (auliyaa’) sebagian yang lain.”
19 At-Taubah[9]:23
= wali, penguasa, pelindung, orang
yang dicintai dan dibela.
“Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai
pelindung (auliyaa’), jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada
keimanan.”
20 At-Taubah[9]:71 = penolong.
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan
perempuan, sebagian mereka menjadi penolong (auliyaa’) bagi sebagian
yang lain.”
21 Yunus[10]:62 = wali, orang yang dekat.
“Ingatlah wali-wali (auliyaa’) Allah itu,
tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
22 Hud[11]:20 = penolong.
“Mereka tidak mampu menghalangi (siksaan Allah)
di bumi, dan tidak akan ada bagi mereka penolong (auliyaa’) selain
Allah.”
23 Hud[11]:113 = penolong yang dapat
menghindarkan dari ancaman
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang
zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai
seorang penolong (auliyaa’) pun selain Allah,”
24 Ar-Ra`d[13]:16 = pelindung-pelindung berupa berhala-berhala atau
sesembahan lain.
“Pantaskah kamu mengambil pelindung-pelindung (auliyaa’)
selain Allah, …”
25 Al-'Isra'[17]:97 = penolong-penolong yang
dapat memberikan petunjuk/pertolongan.
“dan barang siapa Dia sesatkan, maka engkau
tidak akan mendapatkan penolong-penolong (auliyaa’) bagi mereka selain
Dia.”
26 Al-Kahf[18]:50 = pemimpin yang kemudian kalian taati mereka.
“Pantaskah kamu menjadikan dia (Iblis) dan
keturunannya sebagai pemimpin (auliyaa’) selain Aku, …”
27 Al-Kahf[18]:102 = penolong-penolong.
“Maka apakah orang kafir menyangka bahwa mereka
(dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong (auliyaa’) selain Aku?”
28 Al-Furqan[25]:18 = pelindung.
Mereka (yang disembah itu) menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah pantas
bagi kami mengambil pelindung (auliyaa’) selain Engkau, …”
29 Al-`Ankabut[29]:41 = pelindung-pelindung/sembahan selain Allah yang
mereka harapkan dapat memberi manfaat kepada diri mereka.
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung (auliyaa’) selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat
rumah.”
30 Al-'Ahzab[33]:6 = saudara-saudaramu (seagama) yang tidak
mempunyai hubungan darah.
“ … kecuali kalau kamu hendak berbuat baik kepada
saudara-saudaramu (seagama) (auliyaa’).”
*ayat tentang waris dan wasiat.
31 Az-Zumar[39]:3 = pelindung /sembahan/berhala.
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung (auliyaa’)
selain Dia (berkata), …”
32 Fussilat[41]:31 = pelindung-pelindung yang akan mengayomi dan
dapat memberikan apa yang kalian inginkan/minta.
“Kamilah pelindung-pelindungmu (auliyaa’) dalam
kehidupan dunia dan akhirat.”
33 Ash-Shuraa[42]:6 = pelindung
/sembahan/berhala.
“Dan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung (auliyaa’) selain Allah, …”
34 Ash-Shuraa[42]:9 =
pelindung/penolong/sembahan/berhala.
“Atau mereka mengambil pelindung-pelindung (auliyaa’)
selain Dia? Padahal Allah, Dialah pelindung (waliy) (yang sebenarnya).”
35 Ash-Shuraa[42]:46 = pelindung yang dapat
memberikan pertolongan.
“Dan mereka tidak akan mempunyai pelindung (auliyaa’) yang dapat
menolong mereka selain Allah.”
36 Al-Jathiyah[45]:10 = pelindung
/sembahan/berhala.
“dan tidak pula (bermanfaat) apa yang mereka
jadikan sebagai pelindung-pelindung (mereka) (auliyaa’) selain Allah.”
37 Al-Jathiyah[45]:19 = penolong/pelindung.
“Dan sungguh, orang-orang yang zalim itu sebagian menjadi pelindung (auliyaa’)
atas sebagian yang lain, sedangkan Allah pelindung (waliy) bagi
orang-orang yang bertakwa.”
38 Al-'Ahqaf[46]:32 = pelindung yang dapat
memberikan pertolongan.
“padahal tidak ada pelindung (auliyaa’) baginya selain Allah.”
39 Al-Mumtahanah[60]:1
= teman-teman setia, saudara/famili, orang yang disayangi yang kemudian diiringi dengan sikap menolong
dan membela.
“Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu (yakni orang kafir) sebagai
teman-teman setia (auliyaa’) sehingga kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang, …”
40 Al-Jumu`ah[62]:6 = kekasih/yang dekat.
“… mengira bahwa kamulah kekasih (auliyaa’)
Allah, …”
Secara ringkas tingkatan hubungan “auliyaa’”
dalam Al-Quran adalah sebagai berikut:
Allah adalah waliy bagi orang beriman.
Auliyaa’-nya Allah adalah wali/kekasih
Allah.
Auliyaa’-nya orang kafir adalah thaghut.
Auliyaa’-nya syetan maupun jin ingkar
adalah pengikutnya dari golongan jin dan manusia.
Auliyaa’-nya orang-orang yang ingkar (tidak
percaya) adalah syetan.
Auliyaa’-nya orang kafir adalah sembahan
selain Allah.
Auliyaa’-nya orang beriman adalah orang
beriman.
Auliyaa’-nya orang kafir adalah orang kafir.
Auliyaa’-nya orang zalim adalah orang
zalim.
Larangan orang beriman menjadikan
auliyaa’-nya orang kafir.
Larangan manusia menjadikan auliyaa’-nya
selain Allah.
Dari 42 kata
auliyaa’ yang tersebar dalam 40 ayat di atas beserta tafsirnya, dapat kita simpulkan
sebagai berikut:
Cakupan makna auliyaa’ meliputi: wali,
pelindung, tempat berlindung, penolong, pembela, pemberi petunjuk, pihak yang
ditaati, yang didukung, pemimpin, orang yang memiliki kekuatan/kekuasaan atau
pengaruh sehingga dapat menimbulkan ancaman dan ketakutan, yang dapat memberi
pertolongan, yang dapat memberi ancaman, orang yang menguasai, orang yang kita
berikan loyalitas, orang yang diikuti, orang yang dicintai, orang yang dibela,
orang yang dekat, kekasih, teman-teman setia, teman-teman yang kita setia pada
mereka, teman-teman yang saling terikat dan cenderung kepadanya, kawan-kawan
yang menyokong/mendukungnya, menunjukkan rasa kasih sayang/cinta, saling
melindungi/menolong, pelindung yang
mereka harapkan dapat memberi manfaat kepada diri mereka, pelindung yang akan
mengayomi dan dapat memberikan apa yang kalian inginkan/minta, pelindung-pelindung
berupa berhala-berhala atau sesembahan lain, saudara/famili, orang yang
disayangi yang kemudian diiringi dengan sikap menolong dan membela.
Secara
ringkas, auliyaa’ adalah:
1. hubungan berupa ikatan atau kecenderungan
2. kepada seseorang yang kita ikuti/taati/berikan loyalitas/kesetiaan
3. yang dengannya dapat memberi pengaruh, baik berupa
manfaat/pertolongan maupun ancaman
4. sehingga menimbulkan rasa kasih sayang (cinta) dan/atau
5. menimbulkan sikap untuk melindungi/menolong/mendukung/membela
Maka larangan menjadikan orang kafir
sebagai auliyaa’ adalah mencakup seluruh pengertian di atas, yaitu larangan
menjadikannya sebagai wali, penolong, pelindung, pemimpin, teman setia, orang
yang diikuti/didukung, ataupun orang yang disayang/dicintai dengan meninggalkan
orang mu’min.
Catatan
Penting:
9:7. ... MAKA
SELAMA MEREKA BERLAKU LURUS TERHADAPMU, HENDAKLAH KAMU BERLAKU LURUS (PULA)
TERHADAP MEREKA. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa.
60:8. Allah
tiada melarang kamu untuk BERBUAT BAIK DAN BERLAKU ADIL TERHADAP ORANG-ORANG
YANG TIADA MEMERANGIMU KARENA AGAMA DAN TIDAK (PULA) MENGUSIR KAMU DARI
NEGERIMU. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
42:15. Maka
karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan
katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan AKU
DIPERINTAHKAN SUPAYA BERLAKU ADIL DI ANTARA KAMU. Allah-lah Tuhan kami dan
Tuhan kamu. BAGI KAMI AMAL-AMAL KAMI DAN BAGI KAMU AMAL-AMAL KAMU. TIDAK ADA
PERTENGKARAN ANTARA KAMI DAN KAMU, Allah mengumpulkan antara kita dan
kepada-Nya lah kembali (kita)"
“Barang siapa mengganggu seorang dzimmi [kafir yang tidakmemerangi dan hidup berdamai dengan Islam],
SUNGGUH IA TELAH MENGGANGGUKU dan barang siapa menggangguku SUNGGUH IA TELAH
MENGGANGGU ALLAH.” [HR Thabrani dengan Isnad Hasan]
Orang-orang yang
dimaksud dalam ayat di atas adalah orang-orang kafir (baik kafir dzimmi maupun
kafir ‘ahdi) yang tidak menyakiti kaum muslimin, tidak memerangi, tidak
mengusir, terikat perjanjian, yang berlaku lurus dan baik kepada kaum muslimin,
yang hidup berdamai dengan kaum muslimin. Kita diperintahkan untuk berbuat baik
dan adil dalam bermuamalah. Tetapi, kita tidak boleh mencintai mereka.
Allah Ta’ala berfirman, “Berbuat baik dan berlaku
adil,” bukan dengan kalimat loyal dan cintailah mereka.
Semoga bermanfaat :)
---------------
Catatan:
Dalam tulisan ini, pembahasan masih
terbatas pada tafsir ayat, dan terbatas pada ayat-ayat tentang auliyaa’. Adapun
untuk lebih memahami secara mendalam, masih ada topik-topik lain yang sangat
terkait dan tidak dapat dipisahkan, seperti:
1.
Pembahasan prinsip aqidah
Al-Wala’ wal Bara’ yang merupakan kaidah yang sangat urgent (penting) dalam
keseluruhan muatan syariat Islam, dan menjadi bagian dari makna syahadat serta
merupakan bagian dari ikatan iman
yang paling kuat. Apabila seorang muslim memahami kaidah prinsip ini, maka
seandainya tidak ada ayat Al-Maidah 51 pun ia sudah pasti tidak akan salah
dalam berpihak maupun mengambil tindakan.
2.
Pembahasan 12 krakteristik
(tabiat) agama Islam, salah satunya adalah “agama daulah dan ibadah”, yang
menghendaki ahli ibadah dalam ahli politik dan keduanya tidak dapat dipisahkan.
Ahli ibadah tetapi tidak ahli politik akan mudah dikotak-kotakkan. Ahli politik
tetapi tidak ahli ibadah akan mudah terseret arus dan fitnah. Dan ahli ibadah
tentulah beriman.
3.
Pembahasan mengenai batasan serta
makna toleransi dan muamalah dengan non muslim, termasuk dengan “sesama
muslim”.
4.
Pembahasan mengenai berlaku
adil dan berbuat baik kepada non muslim.
5.
Pembahasan mengenai Ulil Amri
atau disebut juga Waliyul Amri.
6.
Pembahasan mengenai fitnah
akhir zaman.
--------------------------------------------
Referensi: Al-Quran AlHadi, Tafsir Jalalain, Polisemi Kata 'Wali' dalam Al-Quran (2011), Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al
Qur'an “Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an (Rangkuman dari Berbagai Kitab-Kitab
Tafsir), http://alquranalhadi.com
Selengkapnya: Tafsir dan Asbabun Nuzul Ayat-Ayat tentang Auliyaa' :
1. RANGKUMAN TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG AULIYAA' (LARANGAN MENJADIKAN ORANG KAFIR SEBAGAI AULIYAA')
2. TAFSIR IBNU KATSIR & ASBABUN NUZUL AYAT-AYAT TENTANG AULIYAA' (LARANGAN MENJADIKAN ORANG KAFIR SEBAGAI AULIYAA')
Tambahan:
2. TAFSIR IBNU KATSIR & ASBABUN NUZUL AYAT-AYAT TENTANG AULIYAA' (LARANGAN MENJADIKAN ORANG KAFIR SEBAGAI AULIYAA')
Tambahan:
Dalam konsep semantik, ada lebih dari
satu kata untuk mewakili satu gagasan atau makna. Ada pula sebuah kata yang
mempunyai makna lebih dari satu dan ini sering disebut dengan polisemi.
Berdasarkan kamus Al-Munawwir (Kamus
Arab-Indonesia), kata auliy bermakna (1) yang mencintai (2) teman, sahabat (3)
yang menolong (4) orang yang mengurus perkara seseorang atau wali.
Sedangkan dalam kamus Al-‘Arsy (Kamus
Arab-Indonesia), kata auliy bermakna (1) wakil, pejabat pelaksana, karetaker
(2) penolong (3) sahabat, teman (4) wali, orang yang bertaqwa (5) tuan, kepala
(6) yang mencintai (7) orang yang mengurus perkara seseorang (8) tetangga (9)
sekutu (10) pengikut (11) pemilik (12) penanggung jawab, kepala, pimpinan (13)
putra mahkota (14) wali yang diwasiatkan (15) pengasuh anak yatim (16)
dermawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar