Sebuah hadits revolusioner
dalam Kitab Hadits Riyadhus Shalihin yang sangat menyentuh hati bagi setiap mu’min yang berpikir:
Jabir ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. melewati
sebuah pasar dan orang-orang berada di sekelilingnya. Kemudian beliau melewati
"bangkai" seekor kambing yang
kecil daun telinganya. Beliau mengambil dan memegang bagian telinganya seraya
bersabda, "Siapakah di antara kalian yang mau membeli ini seharga satu
dirham?" Mereka menjawab, "Kami tidak suka memilikinya SAMA SEKALI.
Apa yang akan kami lakukan dengannya?" Rasulullah saw. bertanya,
"Maukah ini menjadi milik kalian?" Mereka menjawab, "Demi Allah,
KALAUPUN ia hidup, ia CACAT. Kupingnya kecil. BAGAIMANA MUNGKIN kami
menginginkannya, sedangkan ia MATI." Beliau bersabda, "DUNIA LEBIH
HINA bagi Allah daripada BANGKAI ini bagi kalian."
(H.R.
Muslim)
Untuk memahami hadits
tersebut tentu tidak bisa diartikan secara letterlek/tekstual,
karena dunia berupa langit dan bumi pun sudah begitu indah, namun
melihatnya haruslah dengan konsep relativitas, yaitu
relatif terhadap ‘keagungan dan keindahan surga’. Untuk memahami hadits di atas, mari kita simak kembali tulisan berikut:
Maka hadits tersebut bukanlah bermakna berlebih-lebihan/hiperbola.
Namun, itulah kebenaran hakiki yang selayaknya kita
renungi bersama. “Karenanya, sungguh
ironis apabila kita bersusah payah mengejar dunia, namun tidak
bersungguh-sungguh mengejar akhirat.”
Sungguh, penghayatan tentang
ini merupakan “rahasia untuk berlomba dalam kebaikan” serta rumus ampuh
penghancur celah syetan bernama riya’ (rahasia
ikhlas beribadah hanya karena Allah).
“Dan tiadalah kehidupan DUNIA ini, selain dari MAIN-MAIN
dan SENDA GURAU BELAKA. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”
(Al-An'aam: 32)
“Dan tiadalah kehidupan DUNIA ini melainkan SENDA
GURAU dan MAIN-MAIN. Dan sesungguhnya akhirat
itulah sebenarnya kehidupan, kalau
mereka mengetahui.” (Al-‘Ankabuut: 64)
“Tidaklah dunia bila dibandingkan
dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan
sebuah jarinya ke dalam LAUTAN. Maka hendaklah ia melihat APA YANG DIBAWA OLEH JARI
tersebut ketika diangkat?” (H.R.
Muslim)