Sebagian kaum muslim berpuasa selama dua hari pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijah, akan tetapi tidak berpuasa pada hari-hari sebelumnya. Karena mereka beranggapan bahwa hal itu merupakan sunnah Nabi saw. atau hanya sekadar ikut-ikutan. Tanggal 8 Dzulhijah disebut puasa Tarwiyah dan tanggal 9 Dzulhijah disebut puasa Arafah.
*Sesuai perhitungan yang sangat tepat dengan metode hisab, bahwa Idul Adha akan jatuh pada Hari JUMAT, 26 Oktober 2012. Sehingga Puasa Arafah (9 Dzulhijah) bertepatan pada hari Kamis 25 Oktober 2012 dan tanggal 8 Dzulhijah bertepatan pada hari Rabu 24 Oktober 2012.
Untuk puasa Arafah tentu sudah dengan jelas kita ketahui bersama bahwa hukumnya sunnah muakkad, ada dalil-dalil shahih yg menguatkan, ditambah dengan keutamaannya yang amat besar.
Untuk puasa Tarwiyah (8 Dzulhijah) inilah yang perlu diluruskan kembali. Mari kita simak beberapa penjelasan berikut.
"TIDAK ADA satu hadits pun yang 'jelas dan tegas' menyatakan sunnah berpuasa pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijah)." TIDAK ADA DALIL yang SAH untuk puasa Tarwiyah.
Adapun hadits yang ada adalah:
"Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun".
Dikatakan bahwa hadits ini dho’if. Namun, setelah diteliti sesuai "dirooyah" (cabang dari 'Ulumul Hadits yang mengkaji analisa perawi dan sanad) maka ulama menyimpulkan bahwa hadits ini sampai pada tingkatan MAUDHU' (tertolak/palsu).
*Berkaitan dengan hadits dho’if (bukan maudhu’) terdapat 2 pendapat:
1. Boleh diamalkan/digunakan sebagai dalil jika itu HANYA TERKAIT FADHILAH AMAL yang tidak menyangkut aqidah dan hukum halal haram (pendapat ini lebih kuat).
2. Tetap tidak boleh diamalkan/digunakan.
Nah, sedangkan hadits maudhu' adalah jenis hadits dho’if dengan tingkatan terendah sehingga banyak ulama juga membagi dalam tingkatan hadits tersendiri di bawah dho’if, artinya hadits terburuk (karena sebenarnya sama sekali bukan hadits, yaitu berasal dari perawi dusta)
------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN 1: Kita perlu lebih memahami dasar/dalil dalam beramal, tidak cukup hanya sekadar ikut-ikutan, dan tidak boleh berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijah secara khusus dengan niat seperti hadits tersebut di atas.
Namun, kesimpulan tidak boleh berhenti sampai di sini. Beberapa pandangan yang tidak komprehensif lantas menyatakan sama sekali tidak boleh berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijah tersebut, bahkan menganggap amalan ini tertolak. Hal ini kurang tepat, mari kita simak penjelasan selanjutnya.
------------------------------------------------------------------------------------
Prinsip berpuasa adalah boleh berpuasa kapan saja kecuali 6 hari terlarang (haram): 1 Syawal, 10, 11, 12, 13 Dzulhijah, dan 1 hari sebelum puasa Ramadhan*.
*Sebagian ulama hanya memakruhkan
Dengan demikian, pada prinsipnya puasa Tarwiyah adalah tidak dilarang. Namun, para ulama sepakat bahwa mengamalkan hadits maudhu’ (palsu) adalah terlarang. Oleh karena itu, dalam mengamalkan puasa Tarwiyah tidak boleh mendasarkan pada hadits yang palsu, akan tetapi boleh mengamalkannya dengan mendasarkan pada hadits shahih berikut ini:
Ibnu Abbas ra. meriwayatkan Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada SEPULUH HARI PERTAMA di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid).” (HR Bukhari, hadist ini shahih)
Beberapa istri Nabi mengatakan: "Adalah Rasulullah saw. berpuasa pada 9 hari awal Dzulhijah, hari ‘Asyura (10 Muharram), puasa 3 hari tiap bulan” (H.R. Abu Dawud, juga H.R. Ahmad dan H.R. Nasa'i, hadits ini shahih).
Rasul juga bersabda: “Jika kamu masuk ke dalam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka bersungguh-sungguhlah sampai hampir saja ia tidak mampu menguasainya (melaksanakannya).” (HR. Ad Darimi, hadits ini hasan)
------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN 2: Dengan demikian, puasa dapat dilakukan antara tanggal 1-9 Dzulhijah, dengan tidak terlalu fokus/mengistimewakan hari ke-8 Dzulhijah karena memang tidak ada dasar untuk berpuasa pada hari ke-8 secara khusus. Baik berpuasa penuh 9 hari atau pada sebagian harinya. Oleh karena itu, tetap boleh berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijah, namun niatnya adalah karena mengejar fadhilah atas hadits-hadits shahih/hasan tersebut.
------------------------------------------------------------------------------------
Untuk puasa tanggal 9 Arafah tahun ini bertepatan dengan hari Kamis, 25 Oktober 2012. Artinya, ada 2 keutamaan: keutamaan hari Kamis yaitu pelaporan amal mingguan oleh malaikat dan keutamaan puasa Arafah.
Banyak dalil shahih menunjukkan keutamaannya yang amat besar, antara lain:
Dari Abi Qatadah ra., ia berkata Rasulullah saw. telah bersabda: "Puasa hari Arafah itu dapat menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang." (RIWAYAT JAMA'AH kecuali Bukhari dan Tarmidzi)
*Al Jama'ah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak sekali jumlahnya.
"Dan puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu.” [Shahih riwayat Imam Muslim, Abu Dawud , Ahmad , Baihaqi, dan lain-lain]
Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada hari yang dimana Allah memerdekakan banyak hamba-hamba-Nya dari neraka daripada hari Arafah. Allah sesungguhnya mendekati mereka dan membangganggakan mereka kepada para Malaikat seraya berkata: Apa saja yang mereka inginkan? (akan Aku kabulkan)." (HR. Muslim, juga Tirmidzi, hadist ini shahih).
Apalagi bagi yang sedang melaksanakan ibadah haji. Ketika wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah hendaknya seseorang memperbanyak doa, berdzikir, dan membaca Al-Qur`an.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Rasulullah saw. bersabda:
“Sebaik-baik doa adalah doa pada Hari Arafah.”
-semoga bermanfaat dan semoga kita bisa mendapatkan keutamaannya--
Yang bener itu 10 hari pertama apa 9 hari pertama ?? kan tanggal 10 nya kita tidak diperbolehkan puasa, mohon pencerahan penjelasannya, makasih sebelumnya :D
BalasHapus10 dzulhijjah haram untuk berpuasa..
Hapus@belajar membuat blog: Coba kita lihat kembali hadits mengenai 10 hari pertama: dapat kita pahami bahwa hal ini berlaku untuk semua perbuatan baik yang berlaku secara umum. Artinya melakukan perbuatan baik pada 10 hari pertama merupakan keutamaan. Dengan demikian, tidak hanya ibadah puasa saja yang diperbanyak pada 10 hari pertama, bisa ibadah vertikal maupun horizontal seperti sedekah.
BalasHapusAdapun untuk jenis perbuatan baik berpahala besar, yaitu puasa adalah hanya pada 9 hari pertama (karena pada hari ke-10 haram berpuasa), seperti pada hadits bahwa Rasulullah saw. berpuasa pada 9 hari pertama. :)
Tgl 10 masih berpuasa sampai selesai sholat ied adha :-)
BalasHapusBenar sekali, namun istilahnya tidak dinamakan puasa, tetapi merupakan salah satu sunnah yang diajarkan Rasulullah saw. :)
BalasHapus"Nabi saw. tidak keluar menuju shalat ‘Idul Fithri sebelum makan terlebih dahulu. Adapun pada Hari Raya Qurban, beliau tidak makan sebelum pulang dari tempat shalat kemudian memakan sembelihan beliau". [Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad]
ibadah sunnah kok nunggu musiman...
BalasHapusibadah dgn mencari ridho Allah...
jika niatnya baik, apa jg disebut bid'ah dholalah toh...
Allah mengetahui isi hati hambaNya yg paling dalam...
wah terimakasih atas infonya, sangat bermafaat bagi umat muslim
BalasHapussudah saatnya kita aktif mencari yg benar, tidak sekedar ikut2an walupun itu sudah turun menurun, insya Allah semua ada jalanya :)
terima kasih penjelasannya,sy jadi tidak bimbang lagi berpuasa tarwiyah
BalasHapusAssalamu'alaikum,,,wr,,wb,,
BalasHapustrimaksih ats explain nya,,
mudah2an jd jln tuk mmperoleh hidayah and berkah-Nya.
mari terus terbagi ilmu,, and jlin silaturahmi.
suqron katsir,,
wasalam.
Amalan/ibadah akan jauh lebih bernilai jika didasari dengan ilmu dan sesuai tuntunan Rasulullah saw. Semoga kita bisa mengikuti Al-Quran dan Sunnah. :)
BalasHapussyukron katsiron akhii infox, smga para penuntut ilmu lainx bs mggunakn jejaring sosial sebgai media u/ membagi ilmu n menjd ibadah bagi sumua...
BalasHapusinsyaALLAH
blog ini mangstab banget
BalasHapusngaji itu pd ahli kitab bukan ahli sosmed
BalasHapusAssalamu'alaikum pak, materi blognya betul2 pilihan,menyentuh banget, bolehkah ana arsipkan beberapa artikelnya di blog ana, itung2 bantu menebar kebaikan. Di blog ana baru ada beberapa artikel, lagi belajar cari2 referensi nih. Terima kasih.
BalasHapus